Single chainring wolftooth
Single chainring wolftooth

Sepeda Single Chainring – apa, kenapa, dan bagaimana

Sejak puluhan tahun ke belakang, jumlah sprocket pada cassette sepeda terus bertambah, mulai dari enam sampai sebelas, dua belas dan tiga belas speed belakangan ini. Pada sepeda multigear baik sepeda gunung dan sepeda balap, bertambahnya jumlah sprocket juga diikuti dengan mengurangi jumlah chainring pada sepeda. SRAM mulai memproduksi groupset SRAM XX1 pada 2012, groupset yang memakai single chainring. Banyak orang yang ragu dengan sistem single chainring ini, tetapi dalam beberapa tahun setelah itu, puluhan pemenang XC World Cup and Enduro World Series menggunakan single chainring.

Single Chainring

SRAM memperkenalkan groupset 12 speed pada 2017, dan Campagnolo sudah membuat groupset 13 speed (Campagnolo EKAR) untuk sepeda gravel pada 2020. Produsen lain juga mengikuti trend ini, termasuk Shimano yang mengeluarkan  awalnya Shimano XTR 12 speed, yang sekarang teknologi 12 speed ini sudah diturunkan ke kelas Shimano Deore. Ukuran cassette sepeda juga menjadi lebih kecil dan lebih besar, dari 9T sampai 51T. Hal ini semakin memperkuat keyakinan pada sistem single chainring, karena dengans satu chainring tetapi sprocket yang lebih besar dan kecil akan menghasilkan gear ratio yang sama dengan double atau triple chainring.

Sepeda Balap dengan single chainring Aqua Blue Sport's new 3T Strada team
Sepeda Balap dengan single chainring Aqua Blue Sport’s new 3T Strada team

Single chainring atau single ring atau 1X atau one by adalah sistem sepeda dengan satu chainring di depan dengan banyak sprocket di belakang. Bukan seperti single speed atau fix gear yang juga memiliki satu chainring tetapi juga satu sprocket di belakang. Pemakaian single chainring sudah sangat populer untuk pada professional MTB, dan mulai dicoba pada sepeda balap. Mari kita lihat sistem pada 5 sepeda gunung termahal dari Polygon (harga tahun 2020):

 No Type Nama  Harga (Rp.) Sistem Gear Ukuran Chainring Ukuran Sprocket
1 Enduro XQUARONE EX9 102,000,000 Single Chainring 12 speed 32T 10-50T
2 Gravity Collosus DH9 Team Edition 100,000,000 Single Chainring 7 speed 32T 9-21T
3 Enduro XQUARONE EX8 Enduro 82,000,000 Single Chainring 12 speed 32T 10-50T
4 Gravity XQUARONE DH9 75,000,000 Single Chainring 7 speed 36T 9-21T
5 Enduro COLLOSUS N9 XX1 64,000,000 Single Chainring 11 speed 32T 10-42T

Semua sepeda gunung termahal dari Polygon menggunakan single chainring, 11 dan 12 speed pada jenis sepeda gunung Enduro, dan 7 speed pada sepeda gunung Gravity atau Downhill. Sepeda-sepeda ini adalah sepeda gunung dengan area dan tujuan bersepeda yang spesifik. Sepeda Polygon Collosus DH9 contohnya, cukup dengan 7 speed untuk menaklukkan medan Downhill, tidak ada alasan untuk harus memakai bayak gear. Begitu juga pada sepeda all around offroad atau cross country juga sudah banyak yang memakai single chainring.

Jadi, apakah sistem single chainring hanya pada sepeda hanya untuk kegiatan yang spesifik dan kenapa harga sepeda single chainring lebih mahal?

Single Double Triple Chainring Shimano Deore XT
Single Double Triple Chainring Shimano Deore XT

Kenapa double atau triple chainring

Untuk mengetahui karakter sepeda single chainring, kita lihat dulu karakter sepeda yang lebih umum, kelebihan dan kekurangan menggunakan double atau triple chainring.

Kelebihan double/triple chainring:

1. Range Gear Ratio yang besar
Ini adalah keuntungan terbesar dari double atau triple chainring. Sepeda dengan double atau triple chainring bisa memiliki gear ratio yang sangat kecil sampai sangat besar. Gear ratio kecil berguna untuk tanjakan, gear ratio besar berguna untuk kecepatan dan turunan.

2. Percaya diri
Secara psikologi kita akan merasa aman dan siap untuk bersepeda kemana saja, karena yakin dengan kombinasi chainring dan sprocket yang kita miliki sanggup untuk menaklukkan medan yang akan dihadapi.

3. Efisiensi
Dengan pemilihan gear yang cocok, tidak akan membuat sepeda under atau over power, sehingga bersepeda bisa lebih efisien. Dengan banyaknya pilihan gear, crosschaining juga bisa dihindari, sehingga membuat komponen sepeda lebih awet dan aman selama perjalanan.

Kekurangan double/triple chainring:

1. Membingungkan
Mempunyai sepeda dengan 30 gigi itu sering membingungkan, gigi mana yang akan dipakai, gigi berapa sekarang yang sedang digunakan. Ketika terjadi perubahan kontur jalan, kita harus memikirkan perubahan gigi yang akan dipakai nanti, kita akan mulai berfikir untuk merubah shifter kiri dan kanan untuk mendapatkan gear yang sesuai agar tetap nyaman untuk bersepeda.

2. Crosschain
Crosschain adalah posisi rantai yang sangat menyilang, biasanya terjadi pada saat kita memakai chairing besar dengan sprocket besar, atau chairing kecil dengan chainring kecil. Posisi rantai yang sangat miring bisa merusak gigi chainring/sprocket karena tergerus rantai, dan perputaran rantai tidak lagi lancar.

3. Berat
Pastinya dengan jumlah chainring yang lebih banyak akan menambah juga berat sepeda, walaupun mungkin bagi sebagian orang penambahan berat ini tidak signifikan. Belum lagi jika kita memiliki remote untuk suspensi dan seat dropper, stang penuh dengan tuas-tuas.

4. Under atau Over gear
Sering kali pada sepeda banyak gear, kita mendapatkan situasi salah gigi. Sering kita tetap memaksakan bersepeda dengan gearing yang tidak sesuai untuk memaksakan sepeda tetap melaju.  Kesalahan pemilihan gear kadang membuat kita harus berhenti. Hal ini membuat kita kehilangan akselerasi, momentum, dan efisiensi tenaga.

e*thirteen TRS+ 12-Speed Cassette 9-46T
e*thirteen TRS+ 12-Speed Cassette 9-46T

 

Kenapa single chainring

Kelebihan dan kekurangan dari sepeda single chainring adalah kebalikan dari kelebihan dan kekurangan dari double/triple chainring.

Kelebihan Single Chainring:

1. Gearing yang simpel
Dengan single chainring, hanya ada satu shifter di sepeda, shifter untuk pemilihan gigi belakang. Pilihannya hanya menaikkan atau menurunkan gigi belakang saja, tidak perlu khawatir atau memikirkan gigi depan. Sangat simple dan mudah dilakukan, naikkan gigi jika kayuhan terlalu berat, atau turunkan gigi jika kayuhan terlalu ringan.

2. Berat
Pastinya berat sepeda akan berkurang. Berat rata-rata untuk shiter adalah 150 gram, Front Derailleur (FD) 150 gram, chainring besar 50 gram, chainring kecil 30 gram, kable shifter 50 gram. Jadi dengan merubah ke single chainring paling tidak akan mengurangi berat  0.5 kilogram.

3.Kokpit yang lebih rapi
Kokpit dan stang tentunya kelihatan lebih rapih dan bersih tanpa adanya shifter gigi depan. Jika kita mempunya remote lock untuk suspensi atau dropper seatpost tentunya posisinya bisa lebih nyaman dan mudah digunakan.

4. Tidak ada crosschain
Pada single chairing tidak ada lagi posisi rantai yang terlalu menyilang. Walaupun posisi rantai pasti miring, tetapi tidak seekstrem pada double/triple. Membuat komponen lebih awet dan perputaran rantai yang lebih mulus dan efisien.

5. Ground clereance
Sepeda double atau triple membutuhkan Rear Derailleur (RD) yang lebih panjang, karena memerlukan kapasitas rantai yang lebih besar. Sehingga pada pemakaian gear besar, posisi RD akan lebih panjang. Pada penggunaan cassette yang sama, satu chainring membutuhkan RD yang lebih pendek,  membuat ground clereance (jarak antara chainring dengan permukaan) yang lebih besar, bisa mengurangi sepeda terhantam batu atau tersangkut.

6. Chain drop
Rantai yang panjang cenderung membuat tegangan rantai lebih kendor, dan mudah terayun dan menghantam frame atau bahkan lepas. Single chairing cenderung membutuhkan rantai yang lebih pendek, membuat rantai lebih kencang, dan tidak mudah terlepas. Pemakaian narrow wide chainring atau chainguard akan memaksimalkan performa sepeda 21x.

7. Fokus
Bagi orang yang mengerti bahaya crosschain, pastinya sangat lega dengan single chainring yang tidak ada kemungkinan crosschain. Pikiran tidak perlu mengantisipasi crosschain, tidak perlu memikirkan kombinasi gear, pikiran bisa fokus untuk melihat ke jalan dan area sekitar.

8. Kaki yang lebih kuat
Kekurangan dari single chainring akanmembuat kaki lebih kuat, karena kita akan perlu lebih kuat mengayuh 🙂

Kekurangan Single Chainring:

1. Keterbatasan range gear ratio
Double atau triple chainring pastinya menawarkan rentang gear ratio yang sangat besar dari yang paling kecil sampai paling besar. Tanpa pemakaian cassette banyak seperti 12 atau 13 speed, single chainring tidak bisa menyamai hal itu, dan juga biasanya sepeda single chainring bukan untuk all area, tetapi untuk kegiatan yang lebih spesifik, tidak memerlukan range gear ratio yang sangat besar, cukup disesuaikan dengan kebutuhan.

2. Perlu sprocket ukuran ekstrem
Jika memerlukan gearing yang besar atau kecil, single chainring memerlukan ukuran sprocket yang ekstrem agar mendapatkan gear ratio yang optimum. Pemakaian sprocket cog ukuran 10T untuk yang kecil, atau 50T untuk yang besar menjadi pilihan pada single chainring.

3. Gap antar gear ratio
Jika memakai gear yang sangat besar atau sangat kecil, sususan ukuran cog sprocket/cassette biasanya lebih tidak rata. Lompatan kekuatan pada saat memindahkan gear terasa cukup lebar, tidak semulus pada multi chainring. Membutuhkan kekuatan lebih untuk terbiasa dengan gap gear ratio pada single chainring.

4. Harga lebih mahal
Tergantung type dan jenis sepeda, kadang tidak cukup hanya mengurangi chainring, tetapi juga mengganti beberapa komponen agar bisa kompatible dengan sistem single chainring. Dan juga komponen single chainring masih belum sebanyak komponen yang biasa, harganya masih mahal. Teknologi khusus untuk single chainring masih dipakai pada groupset kelas menengah ke atas, yang harganya lebih mahal.

Memakai komponen-komponen yang tidak spesifik untuk single chairing juga bisa, dan harganya lebih murah. Seperti pada sepeda lipat, yang didominasi sistem single chairing, kebanyakan memakai RD/cassette sepeda biasa/umum. Tetapi biasanya pilihan gear ratio yang terbatas, hanya 7-10 speed, yang lebih sesuai dengan karakter sepeda lipat yang bukan untuk performa tinggi.

Artikel untuk perbandingan triple-double-single chainring yang lebih lengkap: Single, Double, Triple Chainring. Mana yang lebih bagus?

 

Gear Ratio Single Chainring

Ini adalah bagian yang menjadi isu penting ketika kita akan memakai single chainring. Pemahaman yang baik tentang gear ratio sangat penting untuk menentukan apakah akan merubah ke single chainring, atau setup singe chainring bagaimana yang cocok untuk kita.

Perbandingan kecepatan pada gigi sepeda single -double - triple chainring
Perbandingan kecepatan pada gigi sepeda single -double – triple chainring

Grafik atau tabel ini adalah, grafik kecepatan dari setiap speed atau gigi pada setiap setup chainring yang berbeda (single, double, triple, dengan ukuran chainring dan sprocket yang berbeda). Nilai kecepatan (dalam satuan mile per hour atau mph) diperoleh dari gear ratio x diameter roda x rpm (putaran pedal per menit) . Asumsi yang dipakai pada tabel ini adalah, ukuran roda 29×2.2”, dengan rpm = 90 rpm.

Setiap titik pada grafik di atas mewakili kecepatan dari setiap gear ratio atau gigi yang tersedia pada sepeda dengan setup chainring yang berebeda.

Jika kita lihat pada sepeda dengan double atau triple chainring (2x dan 3x) pada bagian kanan grafik, pada gigi rendah atau kecepatan rendah sampai pertengahan, titik-titik sangat rapat dan menumpuk. Artinya ada gigi-gigi yang memiliki gear ratio yang menghasilkan kecepatan yang sama, alias overlap. Dan juga double dan triple chainring memiliki rentang kecepatan rendah dan kecepatan tinggi, atau gear ratio rendah dan gear ratio tinggi yang lebih baik dibanding single chainring.

Contoh kita ambil dari triple chainring 24-32-42T dan Sprocket 11-36T, gigi pada sepeda bisa memakai kombinasi chainring/sprocket : 24/12 = 2 , 34/18=1.96, 42/21=2, menghasilkan gear ratio yang sama atau hampir sama. Ada banyak kombinasi lainnya yang memiliki nilai ger ratio yang sama atau hampir sama juga. Mubazir atau efisiensi? Mubazir karena gear ratio yang berulang-ulang, dan efisen karena berat kayuhan yang lebih mulus ketika berpindah gigi (harus rajin ganti gear).

Sekarang kita lihat grafik single chainring, kumpulan titik-titik tidak terlalu rapat dan menumpuk pada kecepatan rendah dan penyebaran yang gradual pada kecepatan tinggi. Jarak antara titik yang cukup jauh yang tadi kita sebut sebagai gap (perbedaan kekuatan kayuhan ketika berpindah gigi), perlu kaki yang lebih kuat untuk mengalahkan gap gear ratio.

Single chainring 12 speed/13 speed

Untuk keluaran sepeda terbaru, terutama sepeda gunung, sekarang ini sepeda single chainring lebih banyak dikombinasikan dengan groupset 12 speed. Hal ini untuk memberikan gear ratio yang lebih besar dengan proporsi yang lebih merata pada sepeda.

Gear ratio tidak melulu soal besar/kecilnya ukuran sprocket, tetapi juga pengaturan sprocket di dalamnya. Kalau ukuran sprocket yang bersebelahan ukurannya terlalu jauh berbeda, maka ketika shifting, kita sebagai pengendara akan merasakan beban yang jauh berbeda, dan kerja otot yang tiba-tiba harus kuat atau menjadi pelan sekali. Contohnya kalau kita memasang sproket ukuran 50t di sebelah 34t, akan sangat terasa lonjakan kekuatan otot setiap kali berpindah gear pada sprocket tersebut.

Gear 12 speed bisa membuat profil antara sprocket yang lebih mulus. Dengan begitu, pada pemakain sprocket ukuran ekstrem seperti 10t dan 50t, di tengah atau diantaranya bisa dipasang lebih banyak sproket dengan ukuran yang tidak terlalu jauh berbeda. Contohnya SRAM Eagle XG-1295 sprocket 12 speed, ukuran sprocket yang dipakai adalah: 10,12,14,16,18,21,24,28,32,36,42,50. Sprocket ini disusun supaya loncatan tenaga yang dibutuhkan ketika shifting gear tidak terlalu jauh berbeda.

Pada produk SRAM, semua groupset 12 speed memakai kode Eagle. SRAM juga mengeluarkan versi ekonomis untuk groupset 12 speed, yaitu SX Eagle. Baca tentang hirarki SRAM di: Groupset Sepeda Gunung SRAM.
Sekarang sudah banyak cassette sepeda yang memakai ukuran 11-50t, bahkan pada cassette 9 speed. Hal ini bisa membuat sepeda single chainring 9 speed “rasa-rasa” 11 dan 12 speed. Membukan peluang konversi sepeda 9/10 speed ke single chairing, dengan tetap mendapatkan gear ratio yang ringan untuk menanjak. Tetapi perlu diperhatikan susunan sprocket, perbedaan ukuran antar psrocket pasti cukup besar, membutuhkan kaki yang lebih kuat agar kayuhan sepeda tetap lancar ketika shifting.

Apakah perlu memakai single chainring?

1. Jarang pindah chainring
Jika pada kegiatan bersepeda yang biasa kita lakukan, kita hanya memakai chainring yang sama atau jarang merubah chainring pada sepeda multi chainring, mungkin memang kita tidak memerlukan chainring yang lain.

2. Area/medan bersepeda yang lebih fokus
Single chainring biasanya dipakai oleh pesepeda yang sudah advance, atau yang memakai dan memaksimalkan sepedanya untuk area yang spesifik saja, bukan untuk maksimal di semua area. Kalau masih mau sepeda yang sangat kencang di jalan datar, bisa ringan di tanjakan, bisa dipakai siapa saja, single chainring bukan pilihan yang terbaik.

3. Hitung dan pastikan gear ratio yang akan dipakai
Berdasarkan gigi yang sering kita pakai ketika bersepeda, hitung range gear ratio yang kita perlukan. Jika kita sering memakai gear ratio besar untuk kecepatan tinggi, lalu berpindah ke single chainring yang tidak bisa mencapai kecepatan itu, kenapa harus pindah?
Atau ketika kita sering memakai gear ratio sangat rendah untuk menanjak, lalu berpindah ke single chainring yang tidak bisa mencapai gear ratio itu, dan kita tidak kuat menanjak dengan gear ratio terendah yang bisa dari single chainring, apakah perlu pindah?

Menurut saya, untuk pesepeda non-professional seperti saya ini, jika akan mengganti double/triple chainring ke singe chainring, tetapi rentang gear ratio dari single chainring jauh di dalam gear ratio double/triple, sebaiknya tidak usah. Keuntungan single chainring yang kita bahas di atas tidak signifikan bagi saya. Contohnya pada grafik triplechain 24-32-42t/11-36t (paling kanan) mau ganti ke singlechain 32t/11-42t (tiga dari kanan). Range gear ratio single chain ada jauh di dalam range gear ratio triple chain, sepertinya tidak begitu bermanfaat upgrade yang mungkin menambah biaya untuk sepeda yang lebih ringan dan simple.

Sebaiknya pilih cog dengan ukuran kecil 10t dan besar 50t, dan gunakan yang 12 speed, agar bisa mendapatkan gear ratio yang paling tidak mirip dengan karakter sepeda biasa yang kita pakai, dan gap gear ratio yang lebih kecil. Berikut adalah tabel lain untuk perbedaan gearing dari sepeda 3×10 dan sepeda 1×12.

Perbedaan gearing dari sepeda 3x10 dan sepeda 1x12
Perbedaan gearing dari sepeda 3×10 dan sepeda 1×12

Jadi hitung dengan benar gear ratio dari setup single chainring yang akan pilih, apakah sesuai dengan karakter bersepeda kita, dan apakah keuntungannya sebanding dengan kerugian yang didapat.

Tambahan informasi: Chainring oval / lonjong

Beralih ke single chainring

Untuk upgrade ke single chainring 1×9, 1×10, atau 1×11 lebih mudah dilakukan daripada upgrade ke 1×12. Karena perbedaan komponen-komponen yang kompatibel sistem 1×12 yang masih tergolong baru. Walaupun begitu, tidak semua kompenen harus diganti ketika merubah ke sistem single chainring. Tergantung pada komponen yang sudah ada di sepeda kita, dan part baru yang akan dipakai. Banyaknya merk dan sistem pada produsen yang tidak seragam sering membingungkan. Baca spesifikasi dan review dari komponen sebelum melakukan upgrade. Berikut ini beberapa komponen yang mungkin perlu diganti ketika merubah sistem drivetrain sepeda ke single chainring:

1. Chainring

Pilih ukuran chainring yang sesuai untuk gaya bersepeda yang diinginkan. Ukuran yang umum dipakai adalah 32t, 34t, atau 36t. Lihat juga ukuran cassette yang akan dipakai untuk mendapatkan gear ratio yang cocok. Ada yang bisa memakai chainring copotan dari double/triple, pastikan pemasangannya harus teliti dan benar, kadang harus memakai baut khusus. Single chainring harus lurus ke tengah lebar cassette belakang, jangan sampai miring.

Dianjurkan memakai narrow wide chainring, chainring yang bentuk dari gigi nya bervariasi lebar-sempit secara berurutan. Gunanya adalah untuk menahan tegangan rantai, sehingga rantai tidak mudah lepas pada posisi miring. Dengan memakai narrow ide chainring, tidak perlu lagi memasang chain device seperti chain tensioner, chain guide untuk menahan posisi rantai.

Pada sepeda lipat single chairning, kadang tidak perlu memakai chainring narrow wide, karena pemakaian sepeda lipat relatif santai. Pada sepeda gunung atau sepeda gravel, yang pedal digenjot maksimal, bersepeda di area offroad yang terguncang-guncang, chairing narrow wide bisa menjaga posisi rantai lebih stabil.

Narrow wide chainring sepeda
Narrow wide chainring sepeda

2. Rantai

Sesuaikan rantai sepeda dengan jumlah sprocket atau cassette belakang, pastikan rantai sepeda yang dipakai kompatible. Beberapa rantai sepeda kompatible dengan 10 dan 11 speed, beberapa hanya bisa 10 speed saja atau 11 speed saja. Untuk 12 speed biasanya harus memakai rantai sepeda yang baru, karena jarang ada rantai sepeda 10 atau 11 yang compatible dengan 12 speed.

Lalu, sesuaikan panjang rantai dengan sistem yang baru. Buang beberapa unit rantai agar mendapatkan panjang yang optimum, tidak kepanjangan dan tidak kependekan.

Rantai sepeda 12-speed KMC X12-1 dengan Ti-nitride coating
Rantai sepeda 12-speed KMC X12-1 dengan Ti-nitride coating

3. Hub Roda

Ini adalah komponen yang harus benar-benar diperhatikan, terutama ketika mengganti ke 1×12. Jika menggunakan jumlah sprocket yang sama pada cassette, maka tidak perlu mengganti hub. Jika mengurangi jumlah sprocket pada cassette, kadang bisa ditambahkan spacer untuk menutup gap dari hilangnya cassette.

SRAM XD Driver Body adalah teknologi dari SRAM untuk bisa menerima cog ukuran 10t, tetapi tidak semua hub dan roda compatible dengan SRAM XD ini. Shimano memiliki Micro-Spline freehub untuk bisa menerima cog ukuran 10t.

Perhatikan hub sepeda yang dipakai sekarang, berapa sprocket dan ukuran cog yang bisa masuk ke dalam hub tersebut. Jika hub tidak kompatibel dengan setup cassette baru, bisa jadi harus mengganti roda sepeda juga.

Hub Sepeda DT Swiss XD driver body dan XTR Micro Spline M9100
Hub Sepeda DT Swiss XD driver body dan XTR Micro Spline M9100

4. Rear Derailleur (RD) dan Shifter

Jika menggunakan jumlah sprocket atau seped cassette yang sama, maka kemungkinan besar tidak perlu diganti. Yang perlu diperhatikan adalah kapastias derailleur. Jenis panjang derailleur (short, medium, long cage) memiliki kapasitas seberapa besar cassette yang bisa dipasang. Memakai ukuran cassette yang lebih besar dari kapasitasnya harus ditambahkan goatlink, yang belum tentu dijamin kemulusan shiftingnya.

Ketika mengganti jumlah speed, sebaiknya RD disesuaikan dengan jumlah speednya, walaupun pada beberapa kasus RD lama tetap bisa digunakan. Yang tidak kalah penting, jangan lupa melepas shifter dan derailleur depan.

1x12 drivetrain SRAM Eagle XX1
1×12 drivetrain SRAM Eagle XX1

5. Crankset

Groupset single chainring atau 12 speed, biasanya juga menawarkan crankset yang spesifik. Tetapi crankset tidak harus diganti untuk sistem single chainring atau 12 speed, bisa menggunakan crankset yang lama. Hanya ketika memakai crankset lama, perlu diperhatikan chainline atau kelurusan antara chairing can sprocket, perlu diatur agar posisi chairing sejajar dengan bagian tengah cassette.

Shimano XTR M9100 Series Groupset Sepeda Gunung
Shimano XTR M9100 Series Groupset Sepeda Gunung

Sepeda Single Chainring

Produsen sepeda sudah mulai meningalkan sepeda dengan triple chainring, sepeda single chainring sudah semakin banyak diproduksi dengan harga yang lebih murah. Dibawah ini adalah 10 sepeda single chainring lokal termahal (Polygon, Thrill, United, Pacific, dll).

Untuk melihat sepeda single chainring lainnya (spesifikasi, harga, gambar, dll), dan juga untuk membandingkan komponen antara sepeda, lihat di halaman: Perbandingan Sepeda.