Tegangan rantai sepeda berpengaruh besar terhadap performa dan kenyamanan bersepeda. Lagi seru-serunya melompat dan melibas jalan berbatu, lalu rantai lepas, atau rantai menghantam frame sepeda. Apakah chain tensioner solusinya?
Chain Device
Chain device atau chain retention adalah komponen tambahan pada sepeda, untuk membantu agar rantai sepeda dapat bekerja dengan baik. Chain device dapat membantu untuk mencegah rantai terlepas ketika shifting, ketika mendarat dengan keras, atau ketika digowes terlalu kuat, dan lainnya.
Ada beberapa jenis chain device yang memiliki tujuan yang berbeda, diantaranya:
Chain Guide
Dari namanya kita bisa mengeti, kalau chain guide berfungsi untuk memandu rantai agar bekerja pada jalurnya. Chain guide berguna untuk menghindari rantai yang bergeser terlalu jauh dari yang seharusnya, sehingga shifting dapat dilakukan dengan lancar dan rantai tidak keluar dari jalurnya tanpa kita sadari.
Bash Guard
Bash Guard adalah tameng untuk rantai sepeda, berguna untuk melindungi rantai dan chainring sepeda dari hantaman batu atau benda lain yang mungkin bisa terlempar ke arah rantai dan chainring sepeda.
Chain Tensioner
Untuk mengatasi masalah dengan tegangan rantai pada kondisi yang ekstrem, bisa memakai chain retention. Masalah pada tegangan rantai tidak hanya membuat rantai sepeda gampang lepas, tetapi juga rantai sepeda yang menghantam rangka sepeda. Chain retention berfungsi untuk menjaga tegangan pada rantai sepeda agar tidak memiliki tegangan yang berbeda pada bagain atas-bawah atau juga pada bagian depan-belakang rantai.
Kenapa Perlu memakai Chain Device
Jika kita memakai sepeda gunung dengan single atau double chainring atau sepeda balap, sepeda BMX, sepeda single speed yang sering melewati jalan bergelombang, chain device akan membantu untuk menghindari rantai terlepas. Chain device juga akan mengurangi rantai yang menghantam rangka sepeda. Bisa ditambahkan dengan bash guard, untuk melindungi rantai agar tidak terhantam atau kemasukan batu kecil/pasir ke dalam sistem rantai sepeda kita.
Seperti yang kita ketahui, ketika sepeda sudah mulai berjalan dan rantai berputar, maka ada perbedaan tegangan pada rantai sepeda. Bagian atas rantai sepeda memiliki tegangan yang lebih besar dari rantai di bawah, atau bisa dikatakan rantai sepeda bagian bawah lebih longgar dari rantai bagain atas. Hal ini yang menyebabkan rantai bagian bawah lebih mudah dan gampang untuk bergerak. Apalagi ditambah dengan guncangan atau getaran, rantai bisa bergerak liar, naik menghantam ke rangka sepeda, bahkan sampai lepas karena terlempar terlalu jauh dari sprocket/chainring. Itulah kenapa kita perlu untuk menjaga tegangan rantai ketika bersepeda.
Permasalahan dengan rantai sepeda memang sangat sering terjadi, walaupun pada jalan yang rata. Tetapi tidak selamanya chain device perlu dipasang pada sepeda jika kita memiliki masalah dengan rantai sepeda, walaupun memang dengan memakai chain device bisa mengurangi masalah dengan rantai sepeda kita. Karena pada kondisi dan pemakaian normal, rantai sepeda seharusnya bisa bekerja dengan baik dan tidak mudah terlepas. Pemakaian chain device pada sepeda dengan sistem drivetrain yang rusak atau tidak terawat, sebenarnya tidak menyelesaikan masalah, tetapi hanya menutupi masalah. Pada kondisi ini, solusi terbaik adalah memperbaiki sistem rantai dan drivetrain sepeda, bukan menambah chain device.
Contohnya pada sepeda dengan rantai yang longgar, pasti sering mengalamai rantai lepas, atau shifting yang tidak lancar dan sebagainya. Menambahakan chain device mungkin akan mengurangi frekuensi lepasnya rantai, tetapi tidak akan menyelesaikan masalah sebenarnya, yaitu rantai longgar. Jadi pada situasi seperti ini, chain device akan menambah berat pada sepeda, menambah biaya, menambah komponen yang harus dirawat, bisa dibilang seperti mengatasi masalah dengan masalah.
Kemampuan setiap sepeda juga berbeda-beda, sepeda gunung (MTB) pada jalan yang sedikit bergelombang harusnya tidak akan mengalami masalah pada rantai. Tetapi pada sepeda balap, sepeda BMX, atau sepeda hybrid, memiliki kemampuan yang tidak sebagus sepeda gunung dalam menghdapi jalan bergelobang, karena memang didesign dan dirancang untuk kondisi jalan yang berbeda.
Jadi sebaiknya pastikan dulu, jika pada kondisi jalan dan pemakaian normal, kita sudah memiliki masalah dengan rantai sepeda, sebaiknya jangan memasang chain device, tetapi perbaiki masalah pada rantai sepeda. Sebaliknya, jika pada kondisi normal rantai tidak ada masalah, tetapi hanya pada pemakaian ekstrem baru kita mengalami masalah dengan rantai, maka chain device bisa dipertimbangkan.
Chain Tensioner
Tensioner adalah perangkat yang menggunakan gaya untuk membuat atau mempertahankan ketegangan. Gaya dapat diterapkan secara paralel/sejajar, seperti tensioner baut hidrolik; atau tegak lurus, seperti tensioner rantai sepeda dengan per/spring. Tesioner banyak dipakai pada komponen-komponen permesinan dan mekanisme sistem rantai.
Pada mesin dengan rantai dengan tensioner, ketika rantai berjalan, tensioner dapat membantu untuk menyerap getaran/vibrasi yang bisa menambah masa pakai rantai, serta juga berfungsi untuk menahan rantai agar tidak melompat keluar dari jalurnya akibat dari getaran. Dan juga tensioner berfungsi untuk mengurangi kebisingan dari rantai yang bergerak.
Pada permesinan dengan posisi gerigi yang statis, tensioner biasanya dipasang lebih dekat dengan gerigi penggerak, karena lebih banyak getaran pada gerigi tersebut.
Slack adalah istilah yang menyatakan panjang rantai yang bergeser naik atau turun dari posisi normalnya, diukur dari titik tengah rantai.
Tensioner Sepeda
Tensioner pada sepeda juga mempunyai fungsi yang sama dengan yang telah dijelaskan di atas. Kenapa tidak semua sepeda (dari pabrikan) memiliki tensioner? Karena tidak semua sepeda memerlukan tensioner. Pada beberapa jenis sepeda single speed ataupun single chainring (1X), hanya tersedia slot atau mount khusus pada frame untuk dipasangkan tensioner.
Komponen dari sepeda, sudah dirancang untuk dapat bekerja dengan baik sesuai dengan kondisi dan peruntukannya. Memakai komponen tambahan, hanya diperlukan jika kita memakai sepeda lebih dari batas normalnya, apakah karena kekuatan kayuhan, atau juga karena kondisi atau medan yang sangat ekstrem.
Seperti pada sepeda balap atau sepeda gunung yang dipakai pada jalan aspal, dengan kecepatan normal, jika rantai sering lepas, maka tensioner bukan solusinya. Solusinya adalah memperbaiki rantai atau komponen lain pada sistem penggerak sepeda tersebut.
Seiring waktu pemakaian, rantai sepeda juga akan merenggang, semakin memanjang dan akan mempengaruhi tegangan dan performa sepeda. Chain tensioner dapat membantu untuk menjaga ketegangan rantai tersebut (dengan batasan tertentu), tanpa harus mengurangi jumlah link pada rantai sepeda. Kerenggangan rantai sepeda bisa diukur dengan chain wear checker.
Sepeda tidak perlu chain tensioner hanya karena sepeda lain memakai chain tensioner.
Kapan perlu memakai tensioner rantai?
Saran saya, pakai chain tensioner tambahan pada sepeda kalau:
- Memakai frame dengan vertikal dropout.
- Terlalu malas untuk memeriksa dan menyetel rantai dan komponen sepeda yang lain.
- Gonta-ganti part, atau rakit sendiri, tetapi rantai masih sering lepas, dan ga tau mau stel yang mana lagi.
- Tidak suka dengan rantai yang menghantam frame setelah benturan keras atau waktu mendarat dari jumping. Apakah karena suaranya, takut frame/rantai rusak, atau karena tidak suka chainstay dibalut-balut.
Vertikal dan horizontal dropout
Dropout adalah komponen pada sepeda tempat kita memasukkan as roda.
- Dropout vertikal: memiliki slot untuk memasukkan as roda ke atas dan bawah, biasa pada sepeda keluaran sekarang, dan juga untuk sepeda dengan derailleur. Pada rangka sepeda dengan dropout vertikal, posisi roda sudah fix, jadi harus ada yang dilakukan untuk mengatur tegangan rantai, dan chain tensioner adalah salah satu caranya.
- Dropout horizontal: slot untuk as roda yang bisa digeser ke kiri atau ke kanan. Dropout horizontal atau miring biasanya tidak membutuhkan chain tensioner, karena kekencangan tegangan rantai bisa diatur dengan menarik roda lebih ke belakang lagi, atau ke depan untuk rantai yang lebih longgar.
Derailleur
Sepeda dengan Rear Derailleur (RD), sudah memiliki sistem mekanika tensioner sendiri untuk mengatur tegangan rantai. Karena pada pada setiap perpindahan gigi, dibutuhkan panjang rantai efektif yang berbeda pula, Rear Derailleur sudah memiliki sistem yang bisa mengatasi tegangan rantai akibat dari perubahan ukuran sprocket yang dipakai.
Adalagi tambahan fitur clutch derailleur, yaitu fitur tambahan pada RD yang berguna untuk menjaga agar derailleur kaku dan tidak mudah untuk berayun, dan akan ikut menjaga rantai agar tidak berayun terlalu jauh sampai melompat keluar dari sprocketnya.
Banyak orang yang memanfaatkan komponen derailleur sebagai tensioner pada sepeda single speed.
https://sepeda.me/parts/drivetrain-sepeda/cara-kerja-derailleur-pada-sepeda.html
Fix dan Spring Tensioner
Jika melihat bentuk dari chain tensioner yang dijual, ada banyak sekali bentuk yang ada. Setiap macam mempunya design dan dimensi yang berbeda-beda, tetapi secara kinerja ada 2 jenis chain tensioner, yaitu:
– Fix chain tensioner
Chain tensioner yang kaku alias tidak bergerak-berak, sifatnya menahan rantai yang berguncang. Secara struktur, fix tensioner lebih kokoh dan sangat kuat untuk menahan rantai. Tetapi pada guncangan yang sangat kuat, tetap akan ada perbedaan tegangan rantai antara yang di depan dan belakang tensioner.
– Spring chain tensioner
Chain tensioner ini memiliki per, sifatnya meredam tegangan rantai. Karena flexibilitasnya untuk bergerak mengikuti guncangan, tegangan rantai menyebar lebih merata, bahkan pada tegangan yang besar sekalipun perbedaan tegangan lebih kecil dari yang fix chain tensioner. Tetapi pengurangan tegangan rantai tidak sekuat dan sebesar pengurangan dari fix chain tensioner.
Banyak orang yang lebih suka memakai fix tensioner, tetapi mungkin sepertinya lebih banyak ditentukan oleh kualitas tensioner dan gaya bersepeda.
Single Speed, Single Chainring
Sepeda dengan single speed (termasuk sepeda BMX, sepeda lipat), single chainring contoh jenis sepeda yang banyak memakai chain tensioner tambahan, terutama pada sepeda dengan dropout vertikal. Bagi pesepeda yang sering mengganti ukuran sprocket/chainring, pastinya setiap pergantian ukuran memerlukan penyesuaian untukpanjang rantai. Jika perubahan ukuran sprocket/chainring tidak terlalu besar, adanya chain tensioner akan membantu menyesuaikan tegangan rantai tanpa perlu mengubah panjang rantai.
Sepeda single speed tidak memiliki derailleur, sehingga sama sekali tidak memiliki tensioner. Pada kondisi normal mungkin rantai sepeda aman-aman saja. Tetapi pada saat dibawa ke jalan berbatu atau bergelombang, rantai sepeda sering lepas, usahakan mengatur tegangan rantai terlebih dahulu sebelum memakai chain tensioner.
Sepeda single chainring (1X), hanya memiliki satu ukuran chainring yang akan dikombinasikan dengan beragam sprocket dari ukuran yang paling kecil sampai yang paling besar. Akan ada kondisi panjang rantai efektif yang dibutuhkan sangat pendek atau sangat panjang. Jika tensioner pada derailleur tidak sanggup untuk menjaga ketegangan rantai, maka chain tensioner bisa menjadi pilihan.
DIY Chain Tensioner
Banyak orang yang membuat chain tensioner sendiri, bisa dicoba kalau ingin merasakan dulu perbedaan sepeda dengan chain tensioner, atau memang lebih suka buatan sendiri dari pada membeli. Banyak bentuk dan panduan yang bisa dicari, mulai dari memakai derailleur bekas, selang, caliper rem, dan masih banyak lagi. Selama hasilnya memuaskan, kenapa tidak?
Friksi akibat chain tensioner
Selain menambah komponen dan berat sepeda, chain tensioner juga pasti menimbulkan friksi/gesekan yang mengurangi efesiensi tenaga. Tergantung dari cara pemasangan dan kualitasnya, belum tentu juga chain tensioner dengan gear lebih baik dari chain tensioner buatan sendiri dari selang. Tergantung cara memasang, presisi, dan kelurusan (alignment) nya, bisa membuat hasil yang berbeda. Friksi, gesekan, berkurangnya efisiensi tenaga pasti ada karena chain tensioner, tetapi pada aplikasi yang benar tidak akan terasa banyak ketika sepeda sudah dikayuh.
Yang lebih penting sebenarnya adalah sesuai tujuan dari chain tensioner, menghindari kehilangan waktu-gaya-momen akibat rantai sepeda yang lepas atau menghantam frame.
Jika ada komentar dan saran untuk artikel ini, silahkan tulis di kotak komen di bawah. Subscribe ke maling list untuk mendapatkan update artikel/berita/promo sepeda terbaru dari Sepeda.Me
Sepeda saya memakai sproket 3 speed dan saya tidak mengunakan rd…
Apakah chain tensi aman digunakan untuk menganti dari gir satu ke gir lain tanpa hrs memotong rantai…
Thanks
mau tanya, jika saya menggunakan single speed namun saya menggunakan juga tensioner agar rantai nya lebih stabil, kira kira harus menggunakan tipe rantai sepeda yang panjangnya berapa y pak.
tks
Halo om,
Jenis rantainya mengikuti speed yang dipakai (10 atau 11, dll).
Nah, panjang rantai ideal perlu diatur mengikuti ukuran chainring dan sprocket terbesar yang dipakai.
Tkx.
sore admin
saya punya folding bike.. yaitu pikes.. sehsrusnya pikes ini internal gear.. terus saya rubah menjadi gear diluar…
sekarang saya seting dengan 9speed
permasalahannya adalah, setiap saat akan dilipat rantai terlihat kendor, dan saat akan dikembalikan semula, rantia kadang nyantol di RD nya..
kira kira solusinya bagaimana ya
Bisa banyak kemungkinan bro, rantainya mungkin kepanjangan, atau per derailleurnya kendor.
Chain tensioner sebenarnya lebih berguna dipakai pada rantai kendor pada pemakaian sepeda yang ekstrem, bukan rantai kendor karena salah settingan.