Teknologi pada sepeda selalu berkembang. Komponen, metode, teknik terus diperbaharui dan ditingkatkan untuk mendapatkan sepeda yang lebih cepat, nyaman dan aman.
Banyak sekali penemuan dan teknologi yang membantu dan positif bagi sepeda, tetapi ada juga inovasi yang tidak bagus. Beberapa terlihat bagus, sampai akhirnya kita menyadari kalau sebenarnya kalau kita salah. Beberapa tergantikan oleh teknologi baru, beberapa memang hanya trend semata. Berikut ini beberapa komponen pada sepeda yang pernah populer, tetapi tidak banyak kita temui lagi sekarang karena memang sebenarnya tidak bermanfaat.
1. Suspensi Elastomer
Sekarang ini jika tidak cermat, kita bisa menghabiskan banyak uang untuk komponen sepeda yang tidak berguna, tetapi tidak ada yang sekonyol elastomer. Ada masa dimana elastomer dianggap sebagai sebuah terobosan inovatif pada sepeda. Elastomer adalah sistem suspensi sepeda yang terbuat dari karet dan plastik yang bisa dipasang pada fork atau dipasang sebagai pengganjal pada rangka sepeda.
Secara logika mungkin cara kerjanya masih masuk akal, karet dan plastik ini akan berfungsi untuk meredam guncangan pada sepeda, dan kelebihannya bisa dipasang dimana saja kita mau.
Teorinya bagus, tetapi kenyataannya tidak begitu. Elastomer gagal karena tidak bisa bekerja sebaik suspensi per atau udara, dan tidak menjalankan prinsip kerja suspensi. Karet dan plastik tidak memiliki elastisitas dan sifat liquid seperi per logam atau udara. Tidak peduli bentuk dan ukuran elastomer, performanya selalu jauh lebih buruk dari suspensi spring. Beberapa elastomer juga berubah menjadi sekeras batu ketika cuaca dingin.
Walaupun begitu, sepeda lipat Brompton tetap memakai elastomer, karena memang keterbatasan ruang untuk memasang suspensi sepeda jenis per (coil) ataupun udara (air).
2. Toe Clips
Jika kamu pikir cleat SPD berbahaya, maka jenis pedal dan sepatu sepeda yang satu ini lebih berbahaya. Pedal dan sepatu sepeda yang kita lihat sekarang ini adalah jenis clipless, sebelum clipless ditemukan, hampir semua pedal dan sepatu sepeda memakai jenis toe clip (strap). Pedal yang dipasangkan ssejenis sarung lalu dikencangkan, sehingga sepatu bisa menyatu dengan kuat pada pedal. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi kayuhan, ketika kaki naik dan turun sama-sama menghasilkan tenaga untuk mengayuh pedal.
Dulu toe clip hanya satu-satunya pilihan, sehingga sangat populer dan dipakai oleh pembalap sekalipun. Yang menjadi masalah adalah ketika harus melepaskan kaki dari sepeda. Sepatu sepeda dan pedal yang baik memang harus menempel dengan kuat dan tidak longgar atau gampang terlepas. Untuk melepas toe clip, harus dibantu dengan tangan untuk melepaskan ikatannya atau untuk melonggarkan sepatu. Jika melihat sepatu cliplees sekarang yang bisa dilepas hanya dengan menggeser posisi kaki, maka kamu harusnya mengerti bahayanya sepetu toe clip. Dengan pedal clipless sekalipun banyak sekali kejadian berbahaya yang bisa terjadi, maka tidak terbayang bagaiman dengan toe clip.
Toe clip dan pedal strap masih ada dijual sekarang ini (dengan harga lebih murah dari clipless), ada juga yang dimodifikasi supaya lebih mudah dilepas dan dipasangkan, tetapi sebenarnya mengurangi arti dari tujuan memakai sepatu sepeda. Jenis yang belakangan ini lebih banyak dipakai pada sepeda santai, dimana kecepatan dan efisiensi tidak terlalu penting.
3. Bar Ends
Populasinya belum benar-benar punah, masih ada beberapa sepeda yang memakai bar end. bar end ini batang tegak lurus yang dipasang di ujung stang/handlebars sepeda. Mungkin terlihat keren, sepeda seperti mempunyai tanduk, dan kita juga mempunyai posisi pegangan tambahan. Siapa pun yang menciptakan bar end ini, pasti memiliki teknik dan strategi pemasaran yang jenius. Pada masanya, banyak sekali sepeda yang memasang ini, dengan model yang beragam juga.
Selain untuk gaya, bar end ini tidak ada kegunaan lain. Mudah-mudahan trend ini tidak muncul lagi, tapi siapa tau?
4. Shifter Grip
Pada awalnya ide ini mantap, untuk mengganti gear sepeda cukup dengan memutar ring yang ada di pegangan stang. mirip seperti yang ada di motor juga; kalau mau kencang, putar lalu gas. tetapi kenyataannya, gear sering tidak sengaja berubah, dan grip juga semakin lama semakin susah untuk diputar.
Bahkan pada model yang sangat high end, shifter grip ini juga tidak senyaman shifter jari (thumb shifter). Ditambah lagi shifter grip ini mudah pecah dan rudak ketika terbentur atau sepeda jatuh. Bukan aplikasi yang terbaik untuk shifter pada sepeda. Beberapa jenis sepeda listrik tetap menggunakan shifter grip ini.
5. Frame slingshot
Mungkin yang ini jarang kita lihat. Segitiga adalah bentuk geometri yang paling kokoh, sehingga dipakai pada kebanyakan frame sepeda. tetapi masih ada yang ingin berinovasi dari bentuk frame sepeda klasik ini. Slingshot mengurangi satu sisi dari segitiga pada rangka sepeda, dan menggantinya dengan kawat baja tegang. Yang didapat adalah sepeda yang lebih fleksibel, dengan kontrol stang yang berbeda dari sepeda biasa.
Katanya kita bisa menghindari rintangan di jalan dengan membengkokkan ban depan ke arah yang berlawanan dengan ban belakang (seperti mengangkangi rintangan diantara roda depan dan belakang).
Sepeda ini masih ada dijual sekarang ini, tetapi rasanya tinggal menunggu waktu sebelum habis masa produksinya.
6. Shimano Dual Control shifter
Sejarah mencatat kalau Shimano selalu memberikan inovasi untuk dunia persepedaan, dan sebenarnya ada banyak juga produk gagal dari Shimano yang tidak akan pernah kita lupakan. Dual Control dari Shimano adalah salah satu konsep yang hilang dari peredaran. Teori dual control Shimano adalah mengaplikasikan tuas braking-shifting (brifter) sepeda balap pada sepeda gunung. Brifter memiliki tuas yang sama untuk mengerem dan juga untuk shifting. Yang artinya tuas yang sama kita pakai untuk rem dan shifting, mengurangi jumlah tuas dan posisi jari tangan yang tidak perlu berpindah-pindah.
Secara teori, ide ini masuk akal, tetapi ternyata menjadi rumit ketika dipakaikan pada sepeda gunung. Yang pertama adalah, unit brifter yang besar, gemuk, dan rumit. Lalu juga menjadi sangat mahal ketika ada salah satu bagian komponen yang rusak, seperti yang kita tahu, sepda gunung jalannya tidak mulus, rawan untuk jatuh dan terbanting, tidak seperti sepeda balap yang berjalan mulus.
Lalu yang menjadi masalah besar lagi adalah, sangat susah untuk mengerem dan shifting secara bersamaan. Tuas rem dual control ini bisa ditarik kedalam-keluar dan juga ke atas -ke bawah, sehingga juga untuk mengerem, feeling dari kedalaman tuas yang ditekan juga menjadi berkurang. Sepeda gunung pada jalur offroad, membutuhkan rem dan shifting yang agresive, saling bergantian, dan dilakukan dengan cepat.
Kekurangan di atas sudah cukup membuat Dual Control shifter tidak efektif untuk sepeda gunung. Ini mungkin adalah salah satu contoh terbaik untuk membuktikan apa yang baik di sepeda balap, belum tentu baik untuk sepeda gunung.
Daftar di atas adalah sebagian kecil dari banyak komponen-komponen sepeda lain. Membeli part sepeda di atas sangat tidak disarankan karena sudah terbukti kegagalannya.
Jika kamu juga mempunyao pengalaman tentang produk yang tidak berguna pada sepeda, silahkan komentar di bawah.
ini artikel terkeren yang saya pernah datangi, membahas tentang dunia sangat infromatif…recommended banget untuk kalian.. terima kasih admin.. sukses selalu
Duh min… Point nomer 3 tuh… Perihal endbar yg menyerupai tanduk jangan anggap tidak berguna… Coba deh rasain ketika melibas tanjakan, posisi tangan enaknya berada di endbar…
Mungkin bagi admin, point nomer 3 tuh tidak berguna karena memiliki skill gowes yang berbeda… Tapi bagi saya pribadi itu sangatlah berguna…
Terimasih Informasinya, semoga bermanfaat
Masukkan sedikit, ROHLOFF masih memakai grip shifter.
dan SRAM masih menyediakan grip shifter yang banyak dipakai XC Racer/Enduro Racer karena keterbatasan ruang di kokpit akibat penambahan penggunaan remote lockout suspensi depan dan belakang.
grip shifter juga banyak digunakan di sepeda anak kecil untuk memudahkan pengajaran konsep ‘naik-turun’ transmisi pada sepeda.
naik gigi puter tombol diarahkan naik, turun gigi puter tombol diarahkan turun.
simpel.
terlalu ‘jahat’ jika mengkategorikan grip shifter ke komponen yang tidak berguna.
Bar end cukup berguna untuk memindahkan ‘centre of mass’ jika geometri sepeda yang kita punya tidak terlalu bagus atau tidak terlalu cocok dengan badan rider. nothing wrong with it.
it will last thousand of year in the market.
kategori tidak berguna menurut situ admin apa?
produk gagal dan produk tidak berguna di pasar sepeda harus di pisahkan untuk memudahkan pemahaman di masyarakat.
produk tidak berguna contohnya beli sepeda downhill full suspension full carbon tapi dipakai commuting.
produk gagal itu contohnya slingshot.
Sekian, Terimkasih
Iya nih sotoi punya si admin.. tetapi setiap orang mempunyai sudut pandang yg berbeda, tergsntung bagaimana kondisi dan medan yg dia terima, menurut saya ini adalah pendapat pribadi jadi bila ada yg tidak sesuai dengan pendapat yg lain jangan dibenturkan dan dibesar besarkan.. bukankah semua yg ingin membaca mempunyai keingintahuan yg tinggi, kemauan yg cukup sehingga ia membaca sampai pada akhirnya.. kesimpulan akan hadir didalam otaknya seiring pengalaman pengalaman baru telah dicobanya.. lalu munculah pendapat pribadi baru sesuai dengan apa yg telah dilaluinya.. well jadilah pengguna media sosial yg bijak untuk bersikap.. keep your smile brother
artikel yg menunjukkan betapa sempitnya pandangan dari penulis.
Saya setuju barend tetap berguna, apalagi saat melibas tanjakan, akan lebih nyaman dan power juga lebih maksimal saat tangan pindah ke posisi barend.
Siip, makasih masukannya om.
Btw, blog nya om keren, dilanjutkan dong om.
Thanks.
Org awam mau tanya Om hehehe
Rencana mau bikim all mountain nya jadi gravel. Nah itu otomatis pakai brifter utk dropbar flare nya ka? Atau ada alternatif lain? Thx
Halo om,
Dropbar flare memang lebih enak untuk ngebut. Tapi gravel ga harus pakai brifter dan dropbar flare, bebas aja sebenarnya.
Kalau stang MTB nya om ada lengkungannya (rise), bisa diputar supaya posisinya lebih rendah, atau pakai stem yang lebih panjang supaya badan lebih nunduk.
Thx.
tidam berguna itu kalau sepeda di custom sampai wah dengan biaya yang wuih ujung2nya disimpen terus kalau udah bosen nyimpennya dijual online dengan harga selangit dan label “sepeda custom full upgrade”.
Banyak ini yg begini…hahaha
Hehe.. Iya, betul bgt bro!
saya pake polygon monarch 2.0 lawas masih bawaan asli dgn grip shifter shimano, kadang agak ribet juga tp krn udah biasa ya udh. trus mnurut saya bar end berguna utk memposisikan badan agak tegak dg memegang bar end, jd badan berkurang pegalnya
Siip, mungkin saya aja yang ngerasa beda 🙂
Makasih masukannya bro!
Klo peninggi stang (stem/stang extender) gitu gmn min, berguna gak?
Atau stem yg adjustable gitu cepet oblak ga, dan handling sepeda masih enak ga?
Kalo diantara 2 itu lebih worth it mana min untuk meninggikan stang?
Saya ada mtb sudah ganti handlebar yg risenya tinggi, sudah jauh lebih enak tp msh sedikit bungkuk. Terpikir utk upgrade lagi antara extender atau ganti stem yg adjustable
Halo bro,
Iya, sakit leher kalau posisi stang ga pas di kita.
Bisa pake stem extender, yang bisa diatur tingginya pakai spacer sesuai kebutuhan.
Kalau stem adjustable, dia bisa untuk naikin sama nurunin juga, lebih fleksibel, tapi benar ada kemungkinan oblak kalau produknya ga bagus.
Kalau cuma untuk naikin, pakai stem extender aja om, strukturnya juga lebih kuat.
Thx..
mas , apa punya solusi extender untuk stang sepeda lawas, 22.2 mm ? saya cukup pegal soalnya punya sepeda lama dan tidak ada dana buat beli sepeda baru
terimakasih
Halo mas,
Stang sepeda lawas yang pakai baut bisa dinaikin, tapi memang ga bisa terlalu tinggi, ga boleh lewat batas minimum insertion, atau paling tidak 5cm harus masuk ke frame.
Bisa juga pakai “stem raiser”, tapi jarang yang jual.
Pilihan lainnya pakai stang modern dan adaptor, yanglebih fleksibel untuk diatur bentuk sama posisinya.
Thx.
ROHLOFF masih memakai grip shifter.
dan SRAM masih menyediakan grip shifter yang banyak dipakai XC Racer/Enduro Racer karena keterbatasan ruang di kokpit akibat penambahan penggunaan remote lockout suspensi depan dan belakang.
grip shifter juga banyak digunakan di sepeda anak kecil untuk memudahkan pengajaran konsep ‘naik-turun’ transmisi pada sepeda.
naik gigi puter tombol diarahkan naik, turun gigi puter tombol diarahkan turun.
simpel.
terlalu ‘jahat’ jika mengkategorikan grip shifter ke komponen yang tidak berguna.
Bar end cukup berguna untuk memindahkan ‘centre of mass’ jika geometri sepeda yang kita punya tidak terlalu bagus atau tidak terlalu cocok dengan badan rider. nothing wrong with it.
it will last thousand of year in the market.
kategori tidak berguna menurut situ admin apa?
produk gagal dan produk tidak berguna di pasar sepeda harus di pisahkan untuk memudahkan pemahaman di masyarakat.
produk tidak berguna contohnya beli sepeda downhill full suspension full carbon tapi dipakai commuting.
produk gagal itu contohnya slingshot.
Terima kasih untuk masukan dan penjelasannya, jadi pembaca bisa mendapat informasi tambahan untuk fungsi-fungsi komponen sepeda.
Kategori tidak berguna itu menurut saya, kalau ada yang merasa berguna ya ga masalah juga.
Different people have different opinions, and it’s okay to respect all of them.
ah late reply di masa wabah.
sebagai penulis materi boleh beropini. tapi setidaknya beri opini yang memberi kenyamanan untuk orang banyak.
nanti ada orang tua yang mau beli sepeda buat anak tapi yang ada cuma pakai grip shifter.
si orang tua tersebut gara-gara baca artikel ini dia bisa jadi makin bingung padahal ga ada masalah sama sekali dengan fungsi dari grip shifter tersebut.
Makasih Pak!
ROHLOFF masih memakai grip shifter.
dan SRAM masih menyediakan grip shifter yang banyak dipakai XC Racer/Enduro Racer karena keterbatasan ruang di kokpit akibat penambahan penggunaan remote lockout suspensi depan dan belakang.
grip shifter juga banyak digunakan di sepeda anak kecil untuk memudahkan pengajaran konsep ‘naik-turun’ transmisi pada sepeda.
naik gigi puter tombol diarahkan naik, turun gigi puter tombol diarahkan turun.
simpel.
terlalu ‘jahat’ jika mengkategorikan grip shifter kedam komponen yang tidak berguna.
kategori tidak berguna menurut situ admin apa?
Betul, masih ada lagi kok yang memakai grip shifter. Bukan maksudnya jahat, tetapi memberi pandangan lain saja, kalau grip shifter belum bisa menggeser thumb shifter.
Kategori tidak berguna itu menurut saya, kalau ada yang merasa berguna ya ga masalah juga.
saya nyaman pakai grip shifter, menurut saya praktis dan ringkas. di sisi saya,thumb shifter belum bisa mengganti grip shifter. jadi artikel ini menurut saya sangat subjectif dan kurang bertanggung jawab.
iya bro kurang bertanggung jawab… kalau ketemu ama si admin blog ini udah gw auto gibeng orangnya
sepeda stratos 3 2019. saat gir saya pindah ke posisi mengecil. yang terjadi malah seolah rantai tidak mengait dan kembali ke posisi gir semula. seolah-olah rantai los. bagaimana cara mengatasi.
Gear depan pada posisi 2 gir belakang posisi 4, saya pindah mengecil hasilnya sepewrti di atas.
Sepeda masih baru ya bro? Coba stel barrel adjuster (putaran di ujung kabel) yang di shifter, trus cek settingan baut Low Limit sama B screw di RD.
https://sepeda.me/parts/drivetrain-sepeda/cara-kerja-derailleur-pada-sepeda.html
Mudah-mudahan bisa membantu..